Jumat, 09 November 2012

Orang Pertama Masuk Sorga


Cerita berikut ini adalah untuk kita teladani. Dikutip dari Buku "30 Kisah Teladan" karya KH. Abdurrahman Arroisi. Semoga bermanfaat!

Di muka surga kelak menurut Nabi SAW akan ada empat manusia yang hendak masuk surga lebih dahulu. Dasar manusia, mereka saling berebut siapa yang mula-mula berhak masuk surga pertama kali. Karena Malaikat Ridlwan tidak dapat mengambil keputusan, turunlah Malaikat Jibril yang ditugaskan menjadi hakim. Keempat manusia itu adalah pahlawan, orang kaya yang dermawan, haji mabrur, dan orang alim yang soleh.

Salah satu mereka dipanggil ke muka dan ditanya, "Dengan sebab apa engkau beruntung akan masuk surga tanpa disiksa?" Orang itu menjawab, "Saya seorang pahlawan yang mati syahid di medan perang karena membela agama." Jibril berkata, "Darimana kau tahu bahwa pahlawan yang mati syahid bakal masuk surga tanpa dihisab?" Pahlawan menjawab, "Dari orang alim." "Kalau begitu, jagalah akhlak yang baik. Biarkan orang alim masuk surga lebih dulu." Ucap Malaikat Jibril. Pahlawan itu pun menunduk menyadari ketidaksopanannya.

Lalu dipanggil pula haji mabrur, yang ikhlas dan tidak cacat dalam melaksanakan ibadahnya. Ia ditanya oleh Jibril, "Siapa Engkau? Dan apa amal baikmu di dunia hingga mau masuk surga lebih dulu?" Haji itu berkata, "Saya seorang haji yang mabrur. Sesuai dengan janji Rasulullah, tidak ada balasan yang setimpal bagi saya kecuali surga."

"Betul, begitulah janji Nabi sejalan dengan wahyu Allah. Tetapi , dari mana engkau tahu bahwa Rasulullah pernah berjanji begitu?"
"Dari guru saya, orang alim," sahut sang haji. "Dari orang alim katamu? Mengapa engkau tidak menjaga adab, membiarkan orang alim masuk surga dulu?" Haji itu pun mundur menginsyafi kekeliruannya.

Sesudah itu maju pula orang kaya yang dermawan, yang sebagian banyak hartanya disedekahkan di jalan kebaikan. "Engkau ingin yang pertama masuk surga?" tanya Jibril. "Benar. Saya mau masuk surga yang pertama kali karena hal itu merupakan hak saya."

"Apa yang kamu lakukan di dunia ketika engkau masih hidup hingga punya pendapat seperti itu?" tanya Jibril lagi. "Saya adalah seorang hartawan. Kekayaan saya itu saya dapatkan dari jalan yang halal, saya peroleh dengan kerja keras dan berhemat. Tetapi, sesudah terkumpul banyak, harta saya tidak saya pergunakan untuk foya-foya di tempat maksiat, dan tidak juga hanya saya belanjakan untuk diri sendiri serta keluarga saya, tetapi sebagian besar saya belanjakan untuk menolong masyarakat, untuk menunjang kebaikan dan berjuang di jalan Allah."

"Dari siapa engkau tahu bahwa semua yang engkau lakukaan itu akan diganjar dengan masuk surga tanpa diperiksa?" tanya Jibril bertanya cermat.
"Dari orang alim, guru saya." Jawab si hartawan.
"Dari orang alim?"
"Betul."
"Jadi, kenapa orang alim yang sudah mengajarkanmu dengan kebaikan dan kebenaran tidak kau biarkan masuk surga lebih dahulu sebagai tanda terima kasihmu kepadanya?"
"Maaf, saya tadi khilaf. Sekarang saya sadar. Saya rela masuk surga paling belakang. Biarlah yang alim itu yang pertama masuk surga."
"Nah, begitulah sepatutnya," ujar Malaikat Jibril.

Maka orang kaya itu segera mundur dan orang alim dipersilakan masuk surga lebih dahulu. Namun dasar orang alim yang soleh, ia tetap setia kepada ilmu yang didalaminya, yaitu harus mengalah dan berrendah hati. Dengan segala keilkhlasan orang alim itu berkata, "Maaf, Tuan-tuan. Maaf para Malaikat yang bijaksana. Sebagai orang alim saya tidak akan dapat belajar dan mengajar dengan tenang apabila tidak ada pahlawan yang rela mati syahid. Saya tidak akan memperoleh pahala yang terus menerus jika murid saya yang haji ini tidak mengamalkan ilmu saya secara benar. Dan saya, orang alim, dan dia pahlaawan, serta dia, haji mabrur, tidak akan dapat memperoleh keleluasaan beribadah serta mengajarkan ilmu saya apabila tidak ada kedermawanan orang kaya yang mau membiayai tentara berangkat perang, yang mau menyediakan kelapangan bagi perjalanan haji, yang mau membangun madrasah, tempat-tempat pengajian agama, penyantunan anak-anak yaatim, serta maacam-macam kebaikan lainnyaa. semua itu mustahil terwujud apabila tidak ada orang kaya yang dermawan. Karena itu, biarlah orang kaya ini yang masuk surga lebih dahulu, disusul oleh pahlawan, kemudian haji mabrur, dan izinkanlah saya masuk surga paling penghabisan."

Akhirnya diputuskan oleh Malaikat Jibril sebagaimana yang diusulkan oleh orang alim itu, yakni hartawan yang dermawan itulah yang masuk surga paling depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar