Dalam sejarah perjuangan kaum muslimin menegakkan dan
membela al-haq (kebenaran), berjihad di jalan Allah, kita akan dapat menemukan
kisah teladan mengenai itsar, sejarah yang begitu indah untuk dipelajari,
merupakan suatu kenikmatan tersendiri jika diamalkan.
Kisah ini adalah perang Yarmuk, perang yang terjadi antara
kaum muslimin melawan pasukan Romawi (Byzantium), negara super power saat itu,
berlangsung pada tahun 13 H / 634 M.
Pasukan Romawi memiliki peralatan perang yang lengkap dan
tentara yang sangat banyak jumlahnya dibandingkan pasukan kaum muslimin.
Pasukan Romawi berjumlah sekitar 240.000 orang sedangkan pasukan kaum muslimin
hanya berjumlah 45.000 orang menurut sumber islam atau 100.000 – 400.000 orang
untuk pasukan romawi dan 24.000 – 40.000 orang pasukan muslim menurut sumber
wikipedia
Dalam perang Yarmuk, pasukan Romawi memiliki tentara yang
banyak, pengalaman perang yang mumpuni, peralatan perang yang lengkap, logistik
lebih dari cukup, namun dapat dikalahkan oleh pasukan kaum muslimin, dengan
izin Allah SWT.
Ini adalah bukti yang nyata bahwa sesungguhnya kemenangan
itu bersumber dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan
sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena perang ini
menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat
masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut
agama Kristen.
Pengangkatan Khalid bin Walid
Entah
apa yang ada di benak Khalid bin Walid ketika Khalifah Abu Bakar ra.
menunjuknya menjadi panglima pasukan sebanyak 46.000 orang tersebut. Hanya Abu
Bakar ra. dan Allah saja yang tahu kiranya. Khalid tak hentinya ber-istighfar.
Ia sama sekali tidak gentar dengan peperangan yang akan ia hadapi, 240.000
tentara Bizantium. Ia hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena
pengangkatan itu.
Kaum muslimin tengah bersiap menyongsong Perang Yarmuk
sebagai penegakan izzah Islam berikutnya. Hampir semua tentara muslim gembira
dengan penunjukan itu. Selama ini memang Khalid bin Walid adalah seorang
pemimpin di lapangan yang tepat. Abu Bakar pun tidak begitu saja menunjuk
pejuang yang berjuluk Pedang Allah itu. Sejak kecil, Khalid dikenal sebagai
seorang yang keras. Padahal ia dibesarkan dari sebuah keluarga yang kaya. Sejak
usia dini, ia menceburkan dirinya ke dalam seni peperangan dan seni bela diri.
Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia
juga mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang.
Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina
Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan
setiap orang. Hanya Khalid bin Walid lah seorang yang pernah
memporak-porandakan pasukan kaum muslimin, semasa ia masih belum memeluk Islam
dalam perang Uhud.
Strategi Perang Kaum Muslimin
Khalid
bin Walid sekarang memutar otak. Bingung bukan buatan. Tentara Bizantin Romawi
berkali-kali lipat banyaknya dengan jumlah pasukan kaum muslimin. Ditambah,
pasukan Islam yang dipimpinnya tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih
dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang
bersenjatakan lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Dan mereka
akan berhadapan di dataran Yarmuk. Tentara Romawi yan hebat itu berkekuatan
lebih dari 3 lakh serdadu bersenjata lengkap, diantaranya 80.000 orang diikat
dengan rantai untuk mencegah kemungkinan mundurnya mereka. Tentara Muslim
seluruhnya berjumlah 45.000 orang itu, sesuai dengan strategi Khalid, dipecah
menjadi 40 rombongan besar untuk memberi kesan seolah-olah mereka lebih besar
daripada musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang
digunakan oleh Romawi terutama di Arab Utara dan selatan ialah dengan membagi
tentaranya menjadi lima bagian, depan, belakang, kanan, kiri dan tengah.
Heraclus sebagai ketua tentara Romawi telah mengikat tentaranya dengan besi
antara satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari
peperangan. Romawi juga menggunakan taktik dan strategi tetsudo (kura-kura).
Jenis tentara Romawi dikenal sebagai ‘legions’, yang satu bagiannya terdapat
3000-6000 laskar berjalan kaki dan 100-200 laskar berkuda. Ditambah dengan
‘tentara bergajah’. Kegigihan Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya
membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan muslim
yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur tentara Romawi
dan menaklukkan wilayah itu.
Jalannya Peperangan
Panglima Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang Arab
menyebutnya “Jirri Tudur”– ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Ia
menantang Khalid untuk berduel. Dalam pertempuran dua orang itu, tombak
Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia ganti mengambil pedang besar.
Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius bertanya pada Khalid tentang
motivasinya berperang serta tentang Islam.”Allah”, jawab Khalid.
Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan
Romawi dan Muslim, Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Ia lalu belajar Islam
sekilas, sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di samping Khalid.
Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan Islam
mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat meninggal di
sana. Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu Sofyan.
Pada perang Yarmuk, Az-Zubair bertarung dengan pasukan
Romawi, namun pada saat tentara muslim bercerai berai, beliau berteriak:
“Allahu Akbar” kemudian beliau menerobos ke tengah pasukan musuh sambil
mengibaskan pedangnya ke kiri dan ke kanan, anaknya Urwah pernah berkata
tentangnya :
“Az-Zubair memiliki tiga kali pukulan dengan pedangnya, saya
pernah memasukkan jari saya didalamnya, dua diantaranya saat perang badar, dan
satunya lagi saat perang Yarmuk”.
Salah seorang sahabatnya pernah bercerita :
“Saya pernah bersama Az-Zubair bin Al-’Awwam dalam hidupnya
dan saya melihat dalam tubuhnya ada sesuatu, saya berkata kepadanya : Demi
Allah saya tidak pernah melihat badan seorangpun seperti tubuhmu. dia berkata
kepada saya : Demi Allah tidak ada luka dalam tubuh ini kecuali ikut berperang
bersama Rasulullah saw dan dijalan Allah.
Dan diceritakan tentangnya : sesungguhnya tidak ada
gubernur/pemimpin, penjaga dan keluar sesuatu apapun kecuali dalam mengikuti
perang bersama Nabi saw, atau Abu Bakar, Umar atau Utsman.
Hari ke-4, Hari Hilangnya Mata
Peristiwa ini terjadi pada hari keempat perang Yarmuk, dimana
dari sumber ini dikabarkan 700 orang dari pasukan Muslim kehilangan matanya
karena hujan panah dari tentara Romawi. Dan hari itu merupakan hari peperangan
terburuk bagi pasukan Muslimin.
Hari ke-6, Terbunuhnya Gregory, Komandan Pasukan Romawi
Hari
keenam dari perang Yarmuk fajar benderang dan jernih. Itu adalah minggu ke
empat Agustus tahun 636 M (minggu ketiga Rajab, 15 H). Kesunyian pagi hari
tidak menunjukkan pertanda akan bencana yang akan terjadi berikutnya. Pasukan
muslim saat itu merasa lebih segar, dan mengetahui niat komandan mereka untuk
menyerang dan sesuatu di dalam rencananya, tak sabar untuk segera berperang.
Harapan-harapan pada hari itu menenggelamkan semua kenangan buruk pada ’Hari
Hilangnya Mata’. Di hadapan mereka berbaris pasukan Romawi yang gelisah – tidak
terlalu berharap namun tetap berkeinginan untuk melawan dalam diri mereka.
Seiring dengan naiknya matahari di langit yang masih samar
di Jabalud Druz, Gregory, komandan pasukan yang dirantai, mengendarai kudanya
maju ke depan di tengah-tengah pasukan Romawi. Dia datang dengan misi untuk
membunuh komandan pasukan Muslimin dengan harapan hal itu akan memberikan efek
menyurutkan semangat pimpinan kesatuan dan barisan kaum Muslimin. Ketika ia
mendekati ke tengah-tengah pasukan Muslimin, dia berteriak menantang (untuk
berduel) dan berkata,
”Tidak seorang pun kecuali Komandan bangsa Arab!
Abu Ubaidah seketika bersiap-siap untuk menghadapinya.
Khalid dan yang lainnya mencoba untuk menahannya, karena Gregory memiliki
reputasi sebagai lawan tanding sangat kuat, dan memang terlihat seperti itu.
Semuanya merasa bahwa akan lebih baik apabila Khalid yang keluar menjawab
tantangan itu, namum Abu Ubaidah tidak bergeming. Ia berkata kepada Khalid,
”Jika aku tidak kembali, engkau harus memimpin pasukan,
sampai Khalifah memutuskan perkaranya.”
Kedua komandan berhadap-hadapan di atas punggung kudanya
masing-masing, mengeluarkan pedangnya dan mulai berduel. Keduanya adalah pemain
pedang yang tangguh dan memberikan penonton pertunjukkan yang mendebarkan dari
permainan pedang dengan tebasan, tangkisan dan tikaman. Pasukan Romawi dan
Muslim menahan nafas. Kemudian setelah berperang beberapa menit, Gregory mundur
dari lawannya, membalikkan kudanya dan mulai menderapkan kudanya.
Teriakan
kegembiraan terdengar dari pasukan Muslimin atas apa yang terlihat sebagai
kekalahan sang prajurit Romawi, namun tidak ada reaksi serupa dari Abu Ubaidah.
Dengan mata yang tetap tertuju pada prajurit Romawi yang mundur itu, ia
menghela kudanya maju mengikutinya.
Gregory belum beranjak beberapa ratus langkah ketika Abu
Ubaidah menyusulnya. Gregory, yang sengaja mengatur langkah kudanya agar Abu
Ubaidah menyusulnya, berbalik dengan cepat dan mengangkat pedangnya untuk
menyerang Abu Ubaidah. Kemundurannya dari medan pertempuran adalah tipuan untuk
membuat lawannya lengah. Namun Abu Ubaidah bukanlah orang baru, dia lebih tahu
mengenai permainan pedang dari yang pernah dipelajari Gregory. Orang Romawi itu
mengangkat pedangnya, namun hanya sejauh itu yang dapat dilakukannya. Ia
ditebas tepat pada batang lehernya oleh Abu Ubaidah, dan pedangnya jatuh dari
tangannya ketika tubuhnya rubuh ke tanah...
Untuk beberapa saat Abu Ubaidah duduk diam
di atas kudanya, takjub pada tubuh besar jendral Romawi tersebut. Kemudian
demgan meninggalkan perisai dan senjata yang berhiaskan permata orang Romawi
itu, yang diabaikannya karena kebiasaannya tidak memandang berharga harta
dunia, prajurit yang shalih itu kemudian kembali kepada pasukan Muslimin.
Kepahlawanan Asma binti Yazid bin As-Sakan
Keinginannya untuk terjun ke medan jihad baru terwujud
setelah Rasulullah saw wafat, yaitu ketika terjadi perang Yarmuk pada tahun
ke-13 Hijriyyah. Dalam perang besar (Yarmuk) itu Asma binti Yazid bersama kaum
mukminah lainnya berada di barisan belakang laki-laki. Semuanya berusaha
mengerahkan segenap kekuatannya untuk mensuplai persenjataan pasukan laki-laki.
Memberi minum kepada mereka, mengurus mereka yang terluka, dan mengobarkan
semangat jihad mereka.
Ketika peperangan berkecamuk dengan begitu
serunya, ia berjuang sekuat tenaganya. Akan tetapi, dia tidak menemukan
senjata apapun, selain tiang penyangga tendanya. Dengan bersenjatakan tiang
itulah, dia menyusup ke tengah-tengah medan tempur dan menyerang musuh yang ada
di kanan dan kirinya, sampai akhirnya dia berhasil membunuh sembilan orang
tentara Romawi.
Dalam bagian lain beliau berkata:
“Para wanita menghadang mujahidin yang lari dari
berkecamuknya perang dan memukul mereka dengan kayu dan melempari mereka dengan
batu.” Adapun Khaulah binti Tsa`labah berkata:“Wahai kalian yang lari dari
wanita yang bertakwa .Tidak akan kalian lihat tawanan. Tidak pula perlindungan.
Tidak juga keridhaan”
Beliau juga berkata dalam bagian lain: “Pada hari itu
kaum muslimah berperang dan berhasil membunuh banyak tentara Romawi, akan
tetapi mereka memukul kaum muslimin yang lari dari kancah peperangan hingga
mereka kembali untuk berperang”.
Akan tetapi manakala berkecamuknya perang, manakala suasana
panas membara dan mata menjadi merah, ketika itu Asma` lupa bahwa dirinya
adalah seorang wanita. Beliau hanya ingat bahwa dirinya adalah muslimah,
mukminah dan mampu berjihad dengan mencurahkan dengan segenap kemampuan dan
kesungguhannya. Hanya beliau tidak mendapatkan apa-apa yang di depannya
melainkan sebatang tiang kemah, maka beliau membawanya dan berbaur dengan
barisan kaum muslimin. Beliau memukul musuh-musuh Allah ke kanan ke kiri hingga
dapat membunuh sembilan orang tentara Romawi, sebagaimana yang dikisahkan oleh
Imam Ibnu Hajar tentang beliau: “Dialah Asma` binti Yazid bin Sakan yang menyertai
perang Yarmuk, ketika itu beliau membunuh sembilan tentara Romawi dengan tiang
kemah, kemudian beliau masih hidup selama beberapa tahun setelah peperangan
tersebut.
Asma` keluar dari peperangan dengan membawa luka di
punggungnya dan Allah menghendaki beliau masih hidup setelah itu selama 17
tahun karena beliau wafat pada akhir tahun 30 Hijriyah setelah menyuguhkan
kebaikan kepada umat.
Dia telah berbuat sesuatu agar dijadikannya contoh bagi
wanita muslimah lainnya, yaitu kerelaan dan tekadnya yang kuat untuk membela
dan mempertahankan agama Allah dan mengangkat panji Islam sampai agama Allah
tegak di muka bumi.
Kisah Rela Berkorban untuk Saudara Seiman
Setelah perang selesai dan dimenangkan oleh pasukan kaum
muslimin, di medan Yarmuk tergeletak beberapa pejuang Islam, sahabat Rasulullah
saw dengan badan penuh luka. Mereka adalah Ikrimah bin Abi Jahal, disekujur
tubuhnya tidak kurang ada 70 luka, Al Harits bin Hisyam (paman Ikrimah) dan
Ayyasy bin Abi Rabi’ah, dalam riwayat lain Suhail bin ‘Amru.
Saat ketiganya sedang letih, lemah, dan kehausan serta dalam
keadaan kritis, datanglah seorang yang mau memberikan air kepada salah seorang
diantara mereka yang sedang kepayahan.
Ketika air akan diberikan kepada Al Harits dan hendak
diminumnya, dia melihat Ikrimah yang sedang kehausan dan sangat membutuhkan,
maka dia berkata, “Bawa air ini kepadanya !”.
Air beralih ke Ikrimah putra Abu Jahal, ketika dia hendak
meneguknya, dilihatnya Ayyasy menatapnya dengan pandangan ingin minum, maka dia
berkata, “Berikan ini kepadanya !”.
Air beralih lagi kepada Ayyasy, belum sempat air diminum,
dia sudah keburu syahid. Maka orang yang membawa air bergegas kembali kepada
kedua orang yang membutuhkan air minum, akan tetapi ketika ditemui keduanya
juga sudah syahid.
Dalam riwayat yang lain pula ditambahkan:
“Sebenarnya Ikrimah bermaksud untuk meminum air tersebut,
akan tetapi pada waktu ia akan meminumnya, ia melihat ke arah Suhail dan Suhail
pun melihat ke arahnya pula, maka Ikrimah berkata: “Berikanlah saja air minum
ini kepadanya, barangkali ia lebih memerlukannya daripadaku.” Suhail pula
melihat kepada Haris, begitu juga Haris melihat kepadanya. Akhirnya Suhail
berkata: “Berikanlah air minum ini kepada siapa saja, barangkali
sahabat-sahabatku itu lebih memerlukannya daripadaku.”
Begitulah keadaan mereka, sehingga air tersebut tidak
seorangpun di antara mereka yang dapat meminumnya, sehingga mati syahid
semuanya. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga.
Gugurnya Ikrimah bin Abu Jahal
Yarmuk,
salah satu daerah di negeri Syam menceritakan bagaimana singa-singa Allah
Subhanahu wa Ta’ala menerkam musuh-musuh mereka. Kekuatan dan perlengkapan
musuh yang begitu dahsyat, ternyata tidak meluluhkan tekad mereka; menang atau
mati syahid.
Ketika ‘Ikrimah sudah bersiap menembus pasukan musuh, Khalid
bin Al-Walid saudara sepupunya berkata: “Jangan lakukan. Kematianmu sangat
merugikan kaum muslimin.” Kata ‘Ikrimah: “Biarlah, hai Khalid, karena kau telah
pernah ikut bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apalagi ayahku
sangat hebat memusuhi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
‘Ikrimah menerobos ke tengah-tengah pasukan musuh yang
berjumlah puluhan ribu orang bersama beberapa ratus prajurit muslim lainnya.
Diceritakan, bahwa dia pernah berkata ketika perang Yarmuk:
“Aku dahulu memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di setiap medan
pertempuran. Hari ini, apakah aku akan lari dari kalian (yakni pasukan lawan,
red.)?” Lalu dia berseru: “Siapa yang mau berbai’at untuk mati?” Maka
berbai’atlah Al-Harits bin Hisyam, Dhirar bin Al-Azwar bersama empat ratus
prajurit muslim lainnya.
Mereka pun maju menggempur musuh di depan kemah Khalid
sampai satu demi satu mereka jatuh berguguran sebagai kembang syuhada.
Kata Az-Zuhri: “Waktu itu, ‘Ikrimah adalah orang yang paling
hebat ujiannya. Luka sudah memenuhi wajah dan dadanya sampai ada yang
mengatakan kepadanya: ‘Bertakwalah engkau kepada Allah, kasihanilah dirimu’.”
Tapi ‘Ikrimah menukas:
“Dahulu aku berjihad dengan diriku demi Latta dan ‘Uzza,
bahkan aku serahkan jiwaku untuk mereka. Lantas, sekarang, apakah harus aku
biarkan jiwaku ini tetap utuh karena (membela) Allah dan Rasul-Nya? Tidak. Demi
Allah, selamanya tidak.”
Maka, hal itu tidaklah menambahi apapun selain beliau
semakin berani menyerang hingga gugur sebagai syahid. Pada waktu Ikrimah gugur,
ternyata di tubuhnya terdapat lebih kurang tujuh puluh luka bekas tikaman
pedang, tombak dan anak panah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai
‘Ikrimah.
Setelah Peperangan
Umar bin Khattab kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu
Ubaidah sebagai Panglima Besar pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan sangat
mendewakan Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid ikhlas
menerima keputusan itu. “saya berjihad bukan karena Umar,” katanya.
Ia terus
membantu Abu Ubaidah di medan tempur. Kota Damaskus berhasil dikuasai. Dengan
menggunakan “tangga manusia”, pasukan Khalid berhasil menembus benteng Aleppo.
Kaisar Heraklius dengan sedih terpaksa mundur ke Konstantinopel, meninggalkan
seluruh wilayah Syria yang telah lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan
menyerahkan kota itu pada pemimpin tertinggi Islam. Maka Umar pun berangkat ke
Yerusalem. Ia menolak dikawal pasukan. Jadilah pemandangan ganjil itu. Pemuka
Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan Islam juga tampil
mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup makmur.Lalu Umar dengan
bajunya yang sangat sederhana datang menunggang seekor unta. Ia hanya disertai
seorang pembantu. Mereka membawa sendiri kantung makanan serta air.
Kesederhanaan Umar ra. itu mengundang simpati orang-orang
non Muslim. Apalagi kaum Gereja Syria dan Gereja Kopti-Mesir memang mengharap
kedatangan Islam. Semasa kekuasaan Romawi mereka tertindas, karena yang diakui
kerajaan hanya Gereja Yunani. Ketika ditawari bersembahyang di gereja
Kebaktian,
Umar menolaknya dengan mengatakan: “Kalau saya berbuat demikian,
kaum Muslimin di masa depan akan melanggar perjanjian ini dengan alasan
mengikuti contoh saya.” Syarat-syarat perdamaian yang adil ditawarkan kepada
orang Kristen. Sedangkan kepada orang-orang Yahudi, yang membantu orang
Muslimin, hak milik mereka dikembalikan tanpa harus membayar pajak apa pun.
Maka, Islam segera menyebar dengan cepat ke arah Memphis
(Kairo), Iskandaria hingga Tripoli, di bawah komando Amr bin Ash dan Zubair,
menantu Abu Bakar ra.
Inilah dia saksi sejarah, lokasi medan yarmuk sekarang, insya Allah berulang ketika perang akhir zaman umat islam melawan kaum yahudi pimpinan dajjal, disini pula lokasinya...
Sumber : wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar